Himmaturrijal Tahdimul Jibal menggema di Madrasah Mualimin Muhammadiyah
Berikut penjelasanya
5630 View
DR. TGKH. M. Zainul Majdi MA, saat memberikan tausiyah pada acara Milad Sinar Kaum Muhammadiyah_dokpri95 |
TAJUKLOMBOK. COM - Ketua Dewan Tanfiziyah Pengurus Besar Nahdlatul Wathan (PBNW) DR. TGKH. M. Zainul Majdi atau yang akrab disapa TGB mengisi acara pada Milad Sinar Kaum Muhammadiyah ke 95 yang digelar oleh Mualimin Muhammadiyah Yogyakarta, informasi tersebut diperoleh dari akun Facebook Tuan Guru Barang. Namun sebelumnya TGB sempat mampir di Madrasah Kiai Aguk Irawan.
"Hari ini Syaikh TGB HM Zainul Majdi mengisi acara di Madrasah Muallimin Muhammadiyah Yogyakarta. Sebelum menuju lokasi acara, tuan guru silaturahmi ke Pesantren Baitul Kilmah di Bantul," rilis akun Facebook Tuan Guru Bajang tersebut, Sabtu (1/2).
Dalam unggahan tersebut, dijelaskan secara singkat mengenai pesantren dan sosok Kiai Aguk.
"Pesantren ini didirikan oleh penulis buku produktif Kiai Aguk Irawan. Novel-novelnya laris manis. Diantara Novelnya menulis Hadratussyaikh KH Hasyim Asy'ari dan KH Wahid Hasyim, dan KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur)," jelasnya.
TGB mengapresiasi atas apa yang telah dilakukan oleh Kiai Aguk yang mampu menyajikan Islam dalam bahasa yang lugas.
TGB yang juga ketua OIAA Mesir ini memberikan apresiasi pada Kiai Aguk yang terus mengkader anak muda dan mahasiswa untuk memberikan pemahaman keislaman diekspresikan dengan tulisan. Kemampuan ini harus dikuasai oleh generasi Islam. Mengartikulasikan Islam dengan bahasa yang mudah dipahami.
"Tidak banyak yang dikarunia kemampuan seperti Kang Aguk. Adik-adik harus menimba kemampuan menulis," katanya.
Dalam acara Tabligh Akbar Milad Sinar Kaum Muhammadiyah ke 95 yang digelar oleh Madrasah Muallimin Yogyakarta, Sabtu malam (1/2) tersebut, tampak hadir Mudir Madrasah Muallimin Muhammadiyah Ustad H Aly Aulia. Acara yang digagas oleh santri Madrasah Muallimin ini dihadiri ribuan orang, baik santri maupun warga sekitar.
Dalam sambutannya, Ustad Aly Aulia mengatakan, Madrasah Muallimin Muhammadiyah sebagai institusi pendidikan tingkat menengah yang unggul dalam pencetak kader pemimpin kader ulama, dan ulama untuk gerak perserikatan.
"Kader pendidik, pemimpin, dan ulama ada pada tuan guru. Bagaimana kita bisa melihat sosok pemimpin yang ulama, ulama yang pemimpin," katanya.
"Bahkan beliau seorang terdidik yang mau mendidik, Alhamdulillah kami civitas Muhammadiyah menyambut baik," sambungnya.
TGB HM Zainul Majdi menguraikan beberapa hal. Madrasah Muallimin Muhammadiyah dari foto para mudir, foto pertama adalah Almaghfurlah KH Ahmad Dahlan, pendiri perserikatan.
"Beliau meniatkan tempat ini untuk mendidik para kader terhebat dari perserikatan. Saya bersyukur bisa bersilaturahim," katanya.
Ketua Umum Tanfidziyah Nahdlatul Wathan mengungkapkan, tidak banyak sekolah menengah yang usianya lebih dari satu abad, terlebih sekolah itu bukan dari pemerintah.
"Maka adik-adik, saya berharap di dada kalian tidak ada ucapan lain selain syukur kepada Allah. Apa yang diniatkan karena Allah, maka Allah akan menjaganya," sambungnya.
Disaat banyak sekolah kesulitan murid, sambung TGB, Madrasah Muallimin kelebihan murid. Setiap tahun 800 siswa ingin masuk di madrasah ini. Namun, hanya setengahnya bisa diterima.
"Maka di depan saya ini putra-putra pilihan," katanya.
Cucu Pahlawan Nasional TGKH M Zainuddin Abdul Madjid ini kepada para santri mengatakan, bila ingin dihargai, maka seseorang harus terlebih dahulu menghargai dirinya sendiri. Para pelajar Madrasah Muallimin harus menggunakan kesehariannya untuk hal bermanfaat.
"Sehingga adik-adik bisa menyinari seluruh dunia, bukan daerah atau negaranya saja," ucapnya.
Kiai Ahmad Dahlan, kata TGB, membuktikan keikhlasan dalam mendirikan madrasah. Disaat banyak madrasah sudah tutup, justru Madrasah Muallimin bersiap membangun kampus baru. Itu bukan hanya karena sumber daya untuk membangun, ini juga karena keikhlasan pendiri madrasah.
"Orang yang ikhlas itu mau dipuji atau dihina sama saja. Kalian bisa uji dengan diri kalian, ketika belajar karena ingin dipuji tandanya belum ikhlas," jelasnya.
Selanjutnya, TGB berpesan kepada santri Mualimin Muhammadiyah agar membekali diri dengan bahasa Arab dan menghafal Al-Qur'an untuk melanjutkan ke Mesir.
"Persiapkan diri dengan belajar bahasa Arab, dan tentunya menghafal Al-Qur'an, minimal 4 juz, dulu zaman saya di sana minimal 7,5 juz pertahun, sehingga 30 juz begitu selesai. Tapi sekarang ada keringanan untuk negara yang bukan bahasa Arab sebagai bahasa induk, kewajibannya 1 juz pertahun. Jadi persiapkan diri bawa empat, kalau mau aman bawa lima," tegas TGB.
Menurut TGB, dengan mempersiapkan lima juz untuk dibawa ke Mesir, akan lebih memudahkan dalam menyelesaikan materi yang lain.
"Kenapa perlu dibawa dari sini, karena kalau menghafal di sana, nanti tidak cukup untuk menyelesaikan materi-materi yang lain. Jadi Al-Qur'an itu sudah kita bawa dari sini, bukan dipersiapkan disana. Pasang tekad yang kuat. 'Himmaturrijal Tahdimul Jibal' (semangat anak-anak muda itu bisa meruntuhkan gunung yang tinggi)," jelasnya.
Selain itu, TGB juga menjelaskan adanya tantangan dalam menuntut ilmu, baik dari segi budaya, bahasa dan lainnya.
"Kalau ada keikhlasan, kalau ada keteguhan, semua tantangan itu menjadi ringan,' tutupnya. (TL/Red).
Editor : Amaq AulAuliya